watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

LIA SAHABATKU YG IMUT

Kata orang, sahabatan antara cewek dan cowok
adalah sesuatu yang enggak mungkin. Hmm...
mungkin ada benarnya kalo melihat
persahabatan aku dengan Lia, seorang gadis
imut teman sekelasku sewaktu kuliah.
Aku mulai bersahabat dengan Lia sejak aku
masuk kuliah. sampai lulus kuliahpun kami tetap
bersahabat. Hmm... dalam hati kecilku
sebenarnya aku ingin lebih dari sahabat. Aku
sangat menyukai Lia, gadis imut yang selalu
ceria. Gadis yang tidak pernah melepaskan
seyum dan tawa dari bibirnya, gadis yang selalu
mewarnai mimpi indahku.
Tapi sial, Lia selalu mengenalkan aku ketemannya
sebagai sahabat. Dan lebih parahnya lagi, begitu
semangatnya dia bercerita pada orang-orang
kalo kami berdua tuh seperti kakak adik. Hal itu
yang selalu menghalangi aku untuk menyatakan
kalau aku suka padanya, bahkan lebih, aku jatuh
cinta padanya.
Kejadian ini terjadi saat kami baru selesai wisuda
dan sama-sama berusaha untuk mencari
pekerjaan. Suatu saat ada panggilan kerja di
jakarta yang aku dan Lia ikut dalam panggilan itu.
Oh iya, aku belum bilang kalau aku tetap tinggal
dibandung setelah wisuda.
Setelah menjalani test kerja, aku mengajak Lia
kerumahku sebentar sebelum kembali ke
bandung. Iya, orangtuaku tinggal dijakarta, tapi
aku lebih memilih tinggal dibandung setelah
wisuda karena aku lebih suka tinggal dibandung,
relatif gak ada macet, dan tentu saja ada Lia yang
sangat aku sayangi di bandung. Aku
mengajaknya kerumahku untuk sekedar berganti
baju dan beristirahat sebelum kembali ke
bandung.
Sesampainya dirumahku, aku menemui
rumahku kosong. "Wah, pada kemana nih ??"
kataku ke Lia. "Telepon aja yan !" kata Lia padaku.
Aku mendial no hp ibuku dari ponselku. "Ma..
Ada dimana ?" tanyaku lewat telpon saat
sambungannya terhubung. "Loh kamu pulang ?
Mama sama papa jenguk adikmu" jawab
mamaku lewat telpon. Ternyata orangtuaku
menjenguk adikku yang kuliah di kota lain. "Kalo
kamu mo masuk minta kunci aja sama tante
erni, mama titipin kedia" suruh ibuku untuk
meminta kunci ke tante erni tetangga sebelah
rumahku. "Ya udah deh, aku ambil ke tante erni".
Aku menutup telepon kemudian beranjak
kerumah tante erni.
Setelah membuka rumah, aku mengajak Lia
masuk.
"Lia, kamu ganti baju aja dulu, aku mau ke
kamarku sebentar" kataku ke Lia sambil
menunjukkan kamar kecil kedia. "Oke deh"
jawabnya sambil membawa tas plastik berisi
kaos ganti.
Aku masuk kekamarku dan mengganti baju
disana. Saat aku keluar, ternyata Lia sudah selesai
mengganti baju. Dia menonton tv di ruang
keluarga.
Lia mengganti bajunya dengan kaus putih
favoritnya. Sebenernya aku udah pernah
ngomentari dia supaya jangan pake kaus itu lagi.
Soalnya kaus itu agak-agak semi transparan.
Untuk deskripsinya, kaus putih itu ada bagian
yang bahannya jarang, seperti benangnya
diambil. Bagian yang transparan itu membentuk
garis-garis miring. Buat yang melihat kalo agak
jeli dikit bisa melihat bra dan kulit mulusnya. Dan
yang membuat aku gak suka, kaus kecil itu
ngebentuk banget bodynya. Tubuh Lia memang
kecil imut, tapi proporsional. Dadanya yang bulat
terlihat besar dibandingkan badannya yang kecil.
Untuk roknya, dia masih memakai rok tadi.
He..he..he.. aku selalu komentarin dia kalo pake
rok, soalnya dengan memakai rok pantatnya
yang bulat itu terlihat semakin besar . Aku selalu
berfikir dengan pinggul dan pantat begitu, pasti
dia gak akan mengalami kesulitan kalo punya
anak nanti.
"Lagi nonton apa ?" tanyaku ke Lia yang duduk
disofa ruang keluarga. "He..he..he.. gosip !" tawa
renyahnya keluar saat menjawabku.
Aku duduk disebelahnya ikut menonton. Lia
mengomentari gosip-gosip yang diberitain, aku
cuma ketawa-ketawa aja ngeliat dia yang
semangat banget mengomentari. Aku gak tau
bagaimana mulanya, tangan kiriku
menggengam tangan kanannya sewaktu
menonton, seiring itu kami jadi jarang berbicara,
entah apa yang ada didalam pikirannya.
"Yan, aku kekamar kecil dulu ya" katanya dan
segera bangkit. Aku mengangguk dan pegangan
tangan kami terlepas. Saat dia ke belakang aku
menarik nafas panjang menahan gejolak hatiku.
Sekembalinya dari kamar kecil, Lia kembali
duduk disebelahku. Entah kenapa dia kembali
menggenggam tanganku. Aku cuma tersenyum
kepadanya. Suasana kembali hening, sibuk
dengan pikiran masing-masing.
Aku mengelus tangannya, dia cuma tersenyum.
Cukup lama aku mengelus tangan dan
lengannya, akhirnya dia merebahkan kepalanya
ke pundakku. Aku melingkarkan tanganku
ketubuhnya, badannya jadi bersandar didadaku.
"Rambut kamu bagus" kataku memecah
keheningan. Dia cuma terseyum. Aku mengelus-
elus rambut panjangnya yang harum itu. Entah
apa yang ada dipikiranku, aku mencium
kepalanya. Dia menoleh kepadaku tersenyum,
kemudian kembali menonton tv.
Keberanianku makin banyak, aku mencium
kepalanya sekali lagi. Dia menoleh kearahku, kali
ini aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku
mencium keningnya.
Lia menggeser badannya, mendekatkan
mukanya ke mukaku. Melihat itu, tanpa ragu-
ragu aku mengecup bibirnya. Hmm.. ternyata
satu kecupan tidak cukup, aku memagut
bibirnya, Lia membalas ciumanku. Aku tambah
semangat, apalagi Lia membuka mulutnya,
sehingga aku bisa menyedot bibir bawahnya.
Sedotanku dibalas dengan sedotannya kebibir
atasku.
Ciuman kami makin panas saat lidahku bermain
didalam mulutnya. Ternyata dia juga membalas
dengan memainkan lidahnya.
"Clop..clop..clop..." suara sedotan-sedotan
ciuman kami. Aku mendorong tubuh Lia untuk
rebahan di sofa besar ini.
Posisi kami sekarang lebih enak, Lia terlentang
dan aku diatasnya. Dengan posisi ini, tanganku
lebih bebas. Perlahan tangan kananku keletakkan
di payudaranya. Aku remas perlahan.
"Hmmm..." lenguhnya agak marah. Aku tarik
tanganku, takut Lia marah atas kelakuanku.
Setelah beberapa lama, aku beranikan lagi untuk
menaruh tanganku kepayudaranya. Tiba-tiba
tangan Lia mencengkaram tanganku yang ada di
payudaranya. Aku takut sekali Lia marah, tapi
ternyata....... Lia malah menekan tanganku
supaya meremas payudaranya.
Atas "izinnya" itu aku mulai meremas-remas
payudaranya dari luar kaosnya. Ciumanku tidak
lepas selama aku meremas-remas payudara kiri
dan kanan bergantian.
Aku memberanikan diri untuk memasukkan
tanganku dari bawah kausnya. Sekarang
tanganku meremas-remas payudaranya dari
luar branya. Hmm... kenyal dan bulat sekali
payudara yang tak pernah dijamah orang lain ini.
Tak puas meremas dari luar bra, aku selipkan
tanganku kedalam branya dan meremas
langsung ke payudaranya. "Akh...Akh..Akh..."
lenguh Lia saat aku mulai meremas-remas
payudaranya.
"Sebentar yan..." lia bangkit, kemudian berusaha
melepas kait branya yang berada dibelakang.
Aku membantunya. Setelah terlepas, Lia kembali
rebahan. Aku mengangkat kaus Lia sehingga
terlihat bra longgar karena sudah terlepas
kaitnya. Aku angkat juga bra itu maka terlihatnya
payudara liat yang bulat itu. Pentilnya coklat
bersih terlihat membesar.
Aku memberanikan diri untuk mengecup
payudaranya. Lia cuma terseyum. Kemudian
aku mulai menyedot pentil itu sambil meremas-
remasnya. "Akhhh... Akh...Akh..." lenguhan Lia
makin keras. Ditambah tubuhnya makin tegang.
Setiap aku menyedot payudaranya, Lia
membusungkan dadanya supaya bisa aku
sedot. Cukup lama juga aku menyedot
payudaranya, tubuh Lia mengejang-ngejang
keenakan.
Nafsuku sudah naik diubun-ubun, aku sudah
tidak tahan untuk menyetubuhinya, tapi aku
berusaha menahan, Lia masih perawan.
Bosan dengan menyedot-nyedot payudaranya,
aku naik keatas untuk mencium bibirnya. Tangan
Lia menuntun tanganku untuk meremas kembali
payudaranya.
Kali ini aku menggesek-gesekkan penisku yang
masih ada didalam celana ke selangkangannya.
Roknya tersingkap karena dia membuka
pahanya lebar, gesekan penisku langsung ke
celana dalamnya yang sudah mulai basah itu.
Gesekan penisku mendapat respon, Lia ikut
menggoyang pinggulnya sehingga gesekan
kami makin hebat. Sebenarnya kalau dilihat
gerakan kami sudah seperti orang yang
bersetubuh, cuma bedanya kami masih
memakai pakaian lengkap, cuma kaos Lia yang
terangkat karena aku meremas payudaranya
langsung.
Aku membuka kancing celanaku, membuka
reslting dan mengeluarkan penisku. Setelah
penisku keluar, aku menusuk-nusukkan penisku
ke celana dalamnya yang basah itu. Kalau celana
dalam itu tidak ada, pasti penisku sudah
menerobos lobang vagina perawan Lia.
Dengan gerakan tusuk-tusuk itu, Lia makin
mengelinjang. Aku sudah tidak mencium
bibirnya, dia lebih memilih menggerak-gerakkan
kepalanya sesuai goyangan selangkangannya
sambil mengeluarkan suara-suara lenguhan
"Ahh.. Ahh.. Ah...". Aku makin tidak tahan, aku
meraba selangkangannya dari luar celana
dalamnya. Hmmm.. basah sekali disitu.
Aku nekat, aku menarik pinggir celana dalamnya
sehingga vaginanya terbuka lebar, Aku gesekkan
penisku ke belahan vagina Lia, "Akhhhhh.. Akh...
Akhh.." Lia makin mengelinjang. Aku coba
menusuk penis kevaginanya sedikit keras.
"Aduh !!!" teriak Lia dan tangannya mendarat
dipipiku "Plak !!". Lia mendorong tubuhku kuat-
kuat.
"Rian kamu jahat !!!" pekiknya kemudian mulai
menangis.
"Maafin aku Lia, aku kira kamu juga mau"
kilahku.
"Rian jahat, kita harusnya gak boleh melakukan
ini" katanya sambil menangis.
"Maafin aku Lia, aku khilaf. Aku terbawa nafsu"
jawabku.
Lia menutup mukanya sambil menangis.
Hmmn.... aku menarik nafas menyesal. Aku
duduk disebelahnya mencoba untuk mengelus
kepalanya, tapi tanganku ditepis. Akhirnya aku
hanya duduk terdiam.
Setelah beberapa lama, tangis Lia mereda, dia
mulai membenahi bra dan pakaiannya,
kemudian berkata "Ayo kita pulang..". Dia
mengatakan itu dengan muka marah. Aku yang
dibebani rasa bersalah mulai berkemas.
Sepanjang perjalanan Lia hanya terdiam dengan
wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam
takut memancing kemarahan Lia lebih besar.
-----------------------------------------------------------------
Di puncak pass, aku berhenti.
"Lia, kita makan dulu ya, dari tadi kita belum
makan" ajakku ke Lia. Tapi Lia hanya membuang
muka kepadaku. Akhirnya aku keluar mobil
untuk membeli makanan kecil dan minuman.
"Lia, aku minta maaf soal tadi siang. maaf ya....
Sekarang please makan dulu ya, kita belum
makan dari tadi siang" kataku ke Lia. Lia hanya
terdiam.
Aku bukakan makanan dan aku taruh di
depannya. Aku tidak mau memaksa, takut Lia
tambah marah. Aku memakan makananku
sampai habis... aku lapar sekali.
"Lia.... aku bener-bener minta maaf, please
maafin aku ya" kataku. Lia memandangku tajam.
"Maaf ya..." ulangku. Lia menghela nafas,
kemudian berkata kecil "Iya aku maafin......". Aku
terseyum kecil agak dipaksakan, kemudian aku
pegang tangannya dan berkata lagi. "Aku nyesel
banget, maafin aku ya udah kurang ajar sama
kamu. Sekarang aku mohon kamu makan dulu
ya" kataku.
Lia cuma tersenyum kecil sambil menggenggam
tanganku. Kemudian dia mulai memakan
makanannya.
Selesai makan dan minum, Lia terdiam lagi
merenung. Aku sungguh merasa tidak enak.
"Lia, ada masalah lagi ?" tanyaku. Lia menggigit
bibir bawahnya sambil menatapku. Tangannya
ditekuk menutupi dadanya. Kemudian dia
mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berkata
pelan..
"Rian, aku mau yang kayak tadi siang lagi...."
Aku sungguh terkejut. "Apa ???" tanyaku
tercengang.
"Ya udah kalo gak mau" katanya ketus kemudian
membalik badan membelakangiku.
Aku shock, terdiam, kemudian menstater
mobilku. Aku mengarahkan mobilku ke hotel
yang ada didekat situ.
Selama mendaftar untuk check in sampai kamar
tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami
berdua. Setelah pintu kututup, kami langsung
berpelukan dengan erat.
"Lia, sebenarnya aku sayang banget sama
kamu" kataku di telinganya.
"Aku juga sayang kamu Rian" jawabnya lemah.
Aku mengecup bibirnya, Lia membalas
ciumanku. Tanpa canggung kali ini. Ciuman kami
makin panas, ditambah aku juga meremas-
remas payudaranya. "Hmnmm.. Hmmm.."
lenguh Lia tertahan.
Aku mengangkat tubuh lia dan aku rebahkan
ditempat tidur. Posisi kami sama seperti waktu di
sofa, Lia terlentang dengan paha terbuka dan aku
menindih diatasnya. Ciuman kami teruskan. Aku
mencoba melepas kait bra, tapi Lia bertindak
lebih. Lia membuka kausnya. Aku melepaskan
kait branya saat lia melengkungkan tubuhnya
keatas, kemudia bra itu aku buang ke lantai.
Aku murai meremas-remas payudara Lia sambil
menciuminya hebat. Kadang-kadang aku
menjilati lehernya. Lia cuma melenguh saat aku
memainkan pentil payudaranya.
Lia berusaha membuka kausku, aku bantu dia
dan membuang kaus itu ke lantai. Sekarang kami
sudah setengan telanjang. Aku menciumi Lia
lagi, sekarang kami sudah kontak kulit langsung
dibagian atas tubuh.
Aku mulai menyedot-nyedot payudaranya.
"Agh,.. agh.... aghk..." lenguhnya merespon
sedotanku. Nafsuku sudah pol keubun-ubun,
aku mencoba membuka rok yang menggangu
itu. Lia membantu dengan mengangkat
pinggulnya. Saat menurunkan rok itu, aku
sekalian menurunkan celana dalamnya. Aku
berdebar, takut Lia marah lagi. Tapi dia
tersenyum, Hmm... dia tersenyum dengan
keadaan bugil !
Aku naik keatas untuk menciumnya lagi, tapi
ternyata Lia lebih tertarik untuk membuka
kancing celanaku. "Yan buka dong, masa aku
aja" katanya. Aku berdiri dan melepaskan celana
panjang dan celana dalamku.
Saat aku kembali Lia terlentang dengan
mengatupkan pahanya. Aku berusaha membuka
pahanya, dia malah tertawa. "Mau apa ?" katanya
menggoda. "he..he..he.." tawaku, tapi akhirnya
dia membuka pahanya juga. Kemudian aku
menempatkan diri diantara kedua paha itu.
Kemudian aku menggesek-gesekkan penisku
dipermukaan vaginanya. "ehhh...ehh..." lenguh
tertahan Lia pelan.
"Lia... aku masukin ya.." pintaku lembut. Lia
cuma mengangguk kecil sambil menggigit bibir
bawahnya. "Nanti agak sakit kayak tadi, tapi
cuma sebentar kok" kataku menenangkan dia
yang terlihat gugup. "Pelan-pelan ya Yan.."
katanya.
Aku mengarahkan penisku ke vaginanya.
Kemudian perlahan aku mulai mendorong
penisku. "aaaakh..." rintih Lia "sakit yan'. Aku
menarik kembali kemudian perlahan
mendorongnya lagi, kali ini lebih dalam.
"sakiiiiitt....." rintih Lia pelan. Hmmm sebenarnya
aku kasihan, tapi bagaimana lagi, vagina Lia
sempit sekali dan agak kering karena dia gugup.
Akhirnya aku dorong kuat. "AKHHHH..." teriak
Lia. "Sakit Yan....". Tapi penisku sudah masuk
semua. Aku diamkan penisku supaya Lia tenang
dulu. Aku mulai menciuminya dan meremas-
remas payudaranya. Setelah beberapa lama
sepertinya sakitnya sudah hilang, badannya
bergetar lagi dan lenguhannya mulai keluar
"Ah...ah...ahhh...".
Aku coba menggoyang penisku perlahan,
vaginanya terasa mulai basah. "Akh...akh.."
lenguh Lia yang sekarang menutup matanya.
Merasa vaginanya sudah cukup basah, aku mulai
menggoyang penisku lebih cepat. Lia hanya
menggigit bibir bawahnya sambil menggerak-
gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Bahkan
sekali-sekali tangannya memegang pantatku
membantu menekan penisku kedalam
vaginanya.
Setelah beberapa lama dalam posisi itu, aku coba
bangkit. "aaa... Rian mo kemana ?" kata Lia
sambil memelukku erat. Matanya memandangku
dengan tatapan tidak rela. "Ganti posisi ya biar
enak" kataku. "Gini aja yan, aku pengen
dipeluk...please..." katanya memohon. Aku
mengurungkan niatku dan memeluknya kembali
dan memulai mengeluar masukkan penisku
divaginanya. Hmm... mungkin Lia memang
perlu dipeluk supaya tenang, maklum kan ini
pertama kalinya buat dia.
Setelah sekian lama, aku mau mencoba gaya
lain. Aku mengangkat badanku kembali "Rian mo
kemana ?" katanya lagi dengan nada lebih tinggi.
Aku tetap mengangkat tubuhku, tubuh Lia ikut
terangkat karena dia memelukku kuat. Akhirnya
aku memilih untuk posisi duduk saja, dengan Lia
diatas panggkuanku. Aku mulai menggoyang
pinggulku. "Lia... ikut goyang ya, biar enak"
kataku ke Lia. Lia mulai menggoyang
pinggulnya. "Enak yan...." katanya dengan
menggoyang pinggulnya lebih kencang.
He..he..he.. kayaknya karena pinggulnya bebas
dia menggoyang sesuai arah yang dia mau.
Akhirnya aku rebahkan tubuhku menjadi
terlentang. Lia tetap menegakkan badannya
dengan tanggannya menahan didadaku.
Sekarang Lia menaik turunkan tubuhnya,
menghujamkan penisku ke vaginanya. Kadang-
kadang dia memutar pinggulnya, sepertinya dia
sudah mulai menemukan titik-titik nikmat
vaginanya sendiri
Tak lama Lia ambruk ke dadaku. "Aduh yan enak
banget, tapi aku capek banget" katanya ngos-
ngosan. Kemudian aku membalikkan tubuhnya
supaya terlentang. Kini kembali aku diatasnya.
Aku mulai menggenjot Lia lagi. Kali ini
pinggulnya liar sekali. "Hgh..Hgh..Hgh...."
lenguhnya dan tiba-tiba dia memelukku erat
"AKHHHHH....." pekiknya. Lia mencapai orgasme
pertamanya.
Aku menghentikkan goyanganku, memberikan
Lia kesempatan menikmati orgasmenya.
Perlahan pelukkannya di lepas dan tangannya
direntangkan.
"Rian aku udah..." katanya pelan. Aku cuma
terseyum. Wah emang perawan ting-ting... .
"Sedikit lagi ya Lia..." pintaku halus. Dia cuma
mengangguk pelan. Aku mulai mengoyang
pinggulku lagi. He..he..he.. kali ini Lia benar-
benar diam tak bergerak, wah habis puas gak
mau bantu aku nih Tapi karena vaginanya licin
sekali, tak lama kemudian aku sudah tidak tahan.
Aku cabut penisku dan memyemprotkan
spermaku diatas perutnya.
"He..he..he.. lucu.." tawanya sambil mengusap-
usap spermaku diperutnya. "Wah.... " kataku.
"Ya udah kita bersihin dulu yuk" ajakku ke kamar
madi.
Setelah membersihkan badan dari kamar mandi,
aku tidur terlentang di tempat tidur masih bugil.
Lia yang masih bugil mengikutiku dan tidur
diatas dadaku. Kemudian aku menarik selimut
untuk kami berdua.
"Rian...." panggil Lia yang masih tidur didadaku
pelan.
"Ya sayang...?" jawabku.
"Rian, kamu dah ngambil semuanya dari aku.
Janji ya kamu mau nikahin aku" katanya manja.
Aku terseyum padanya dan berkata "Tentu aja
sayang..." kemudian aku mengecup keningnya.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/1312
U-ON

inc Powered by Xtgem.com